8 Kesalahan Penulis Pemula yang Bikin Karya Jadi Draft Tak Bermakna
Punya profesi sebagai penulis memang menjadi impian sebagian orang, tetapi hal itu ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan. Alih-alih menghasilkan sebuah karya bagus, yang ada malah draft naskah hanya menjadi file bertumpuk yang harus segera dibuang layaknya limbah. Itu semua karena banyak kesalahan penulis pemula yang sebenarnya sepele tetapi akhirnya menjadi bom waktu yang membuat semua menjadi sia-sia.
Ya, memang yang namanya menulis itu susah-susah gampang untuk dijalani. Namun bukan berarti hal itu menjadi sebuah kemustahilan. Menjadi sukses layaknya J.K. Rowling, George Martin, Neil Gaiman bukanlah sebuah isapan jempol belaka selama kamu tahu caranya dan tentu menghindari segala kesalahan yang sering dilakukan oleh penulis pemula.
Inilah Kesalahan Penulis Pemula yang Kerap Terjadi
Sudah menjadi hal yang lumrah bagi seorang penulis mengharapkan karyanya cepat selesai dan disukai oleh penerbit. Namun dalam proses penulisan tersebut, baik sadar atau tidak, sering kali terjadi kesalahan yang akhirnya malah berakibat fatal. Mulai dari outline yang acak-acakan hingga hasil tulisan yang hanya menang tebal saja.
Nah, berikut adalah beberapa kesalahan penulis pemula yang sering ditemui dan sekaligus cara untuk mengantisipasinya.
Penulis pemula sering hanyut dalam jerat rayu ide
Ide memang menjadi sebuah inti dari tulisan. Namun ada kalanya ide berubah menjadi tipu muslihat untuk seorang penulis. Ide memang terus berkembang tapi jangan sampai kebablasan. Alih-alih tulisan atau naskahmu selesai, yang ada malah kamu tenggelam dalam ide yang tak pernah direalisasikan. Oleh sebab itu, kamu harus membatasi sebuah ide agar tidak terlalu liar.
Dalam beberapa karya, ide yang liar memang menjadi nilai plus. Namun bila hanya berkutat dalam pengembangan ide saja dan tidak dituangkan dalam tulisan, yang ada hanya khayalan semata. Hal semacam inilah yang sering menjadi kesalahan penulis pemula. Sepele memang, tetapi dampaknya bisa sangat fatal.
Takut Menulis
Salah satu kesalahan fatal penulis adalah takut untuk menulis. Baik karena kurangnya pengalaman dalam merangkai kata, hingga takut hasil tulisanmu tidak disukai oleh pembaca. Akhirnya hal itu menjadi penghambat utama bagimu untuk memulai sebuah tulisan. Hal ini sebenarnya adalah masalah yang sepele tapi bukan berarti kamu harus menggampangkannya.
Dalam proses penulisan, baik itu fiksi maupun nonfiksi, kamu harus sadar kalau ada masa pengeditan. Oleh sebab itu, tak perlu ragu dalam memulai menulis, barulah setelah semua yang ada di pikiran sudah dituangkan, kamu bisa mengedit tulisannya. Toh, sembari menulis, siapa tahu tiba-tiba turun wahyu atau ide untuk memperbaiki tulisanmu sebelumnya yang masih jauh dari kata sempurna.
Tidak Punya Outline
Sebuah tulisan yang baik tentunya punya struktur yang juga rapi pula. Tidak harus secara berurutan, tetapi paling tidak punya sebuah pattern atau pola yang membuat menarik untuk dibaca. Pattern yang dimaksud di sini adalah sebuah struktur atau bentuk tetap dalam tulisan yang dapat menarik minat para pembaca. Baik itu dari segi alur waktu atau sudut pandang yang dapat dibuat semenarik mungkin.
Seorang penulis dibebaskan untuk membuat pattern dengan seunik mungkin, karena pada dasarnya tidak ada pakem yang tetap untuk sebuah kerangka. Misalnya, jika menulis sebuah karya fiksi, kamu bisa mengatur alur waktu secara acak tapi tetap berkesinambungan. Semakin menarik pattern sebuah tulisan akan menambah potensinya untuk dibaca banyak orang. Namun kenyataannya, banyak penulis pemula yang membuat outline secara acak-acakan, bahkan tidak memiliki kerangka penulisan sama sekali.
Meski ingin menjadi penulis tapi nyatanya kurang membaca
Ingat kalau setiap penulis yang hebat biasanya adalah seorang pembaca yang baik pula. Hal inilah yang sering dilupakan oleh seorang penulis pemula. Pada dasarnya dengan banyak membaca buku, kita akan mendapatkan banyak gambaran, mulai dari gaya penulisan, pemilihan diksi hingga bagaimana ide seorang pengarang bisa benar-benar tersampaikan kepada para pembaca.
Dengan sering membaca buku, menjadi cara yang ampuh untuk seorang penulis dalam meningkatkan kemampuan merangkai kata. Sehingga tak menutup kemungkinan, kamu mendapatkan gaya penulisanmu sendiri dengan mencampurkan beberapa style penulisan dari beberapa pengarang dalam karyamu.
Bergantung Pada Mood
Bagi seorang penulis, mood memang sangat memengaruhi jarinya supaya terus menari di atas tombol-tombol huruf. Tapi, mood bukan segalanya bagi seorang penulis. Kamu tidak bisa terus-terusan menunggu supaya mood-mu menjadi baik bukan? Penulis harus bisa mengatasinya, karena kadang rasa malas bersembunyi di balik bayang-bayang mood-mu.
Jika terus-terusan bergantung pada mood, jangankan satu paragraf, bahkan satu kata pun tak sempat untuk diketik. Kalau memang sedang merasa burnout dalam menulis, kosongkan pikiran sejenak lalu mulai menulis kembali. Memang, kesalahan penulis pemula satu ini biasanya sering datang menghampiri tanpa aba-aba.
Putus Asa Ditolak Penerbit
Kalau sebuah karya ditolak oleh penerbit, bukan berarti karya tersebut buruk. Bisa saja memang gaya penulisan atau ide dari tulisan tersebut berbeda dengan yang diinginkan penerbit tersebut. Sayangnya, banyak penulis pemula yang langsung minder ketika pertama kali naskahnya ditolak dan tidak lagi mau melanjutkannya.
Padahal, karya para penulis besar-pun juga ada yang mengalami penolakan. Kita sebut saja J. K. Rowling, Dee Lestari, bahkan Stephen King juga pernah merasakannya. Bukan lagi sekali atau dua kali, puluhan kali pun mereka tetap kembali mencari penerbit lainnya. Kalau para penulis besar saja pantang menyerah seperti itu, maka kamu harus malu kalau sekali ditolak langsung merasa gagal.
Tidak Punya Target
Perlu kita ingat, segala hal yang tidak dibatasi, maka jadinya akan berlarut-larut dan memakan waktu yang lama. Hal inilah yang sering menjadi kesalahan penulis pemula. Tanpa ada waktu yang jelas sebuah tulisan hanya akan menjadi draft yang tak punya nilai dan berakhir di kotak sampah. Oleh sebab itu, saat memulai menulis, kamu harus menyusun target kapan tulisanmu bisa selesai.
Nah, jika target waktu sudah ditetapkan, sekalipun mood buruk menyerang, karena sudah dikejar deadline, mau tidak mau penulisan naskah pun harus tetap dilanjutkan. Tapi bukan berarti kamu juga memberikan target waktu yang terlalu mepet karena akan berimbas pada hasil karyamu.
Tidak Terbuka Pada Masukan
Seorang penulis seharusnya sangat terbuka dengan segala masukan yang ada. Baik itu yang berasal dari penerbit, penulis lain atau orang-orang dari grup diskusi penulisan. Namun kenyataannya banyak penulis yang seolah menutup telinga ketika diberi kritik atau masukan.
Sebagian penulis memang bersikap idealis dan mendambakan karyanya agar “Aku” banget, sehingga ketika dibaca sekali saja, tahu siapa pengarangnya. Namun ada kalanya seorang penulis luput dengan hal-hal yang sepele, yang mungkin orang lain gampang melihatnya. Baik itu masalah pemilihan diksi, hingga isi tulisan yang tidak berkesinambungan. Adanya saran dan kritik ini sejatinya bikin tulisanmu menjadi makin sempurna. Semakin terbuka pada masukan, kesalahan penulis pemula pun akan makin minim terjadi.
Ya, memang menjadi seorang penulis itu tidak semudah yang dibayangkan. Beberapa hal di atas adalah sebuah kesalahan penulis baru yang sering ditemui. Namun selama tahu cara untuk mengantisipasinya, tentu hal itu bukanlah sebuah kendala. Kamu bisa lebih berhati-hati dalam menulis atau mungkin kalau sudah buntu bisa pakai jasa ghostwriter supaya segera menghasilkan karya. Sebab akan sangat sayang kalau idemu hanya menjadi sebuah imajinasi belaka dan berakhir sia-sia.