Jejak Bintang: Perjalanan Sang Bintang Menemukan Cahayanya
Apa yang terlintas di pikiran Anda ketika membaca sebuah buku biografi atau autobiografi? Tak sedikit orang pasti menjawab ‘membosankan’ karena buku tersebut terkesan formal dan kaku untuk dibaca. Atau mungkin Anda pernah berpikir, “Untuk apa sih membaca kisah hidup orang lain?”
Pemikiran tersebut tidak sepenuhnya salah. Pasalnya, buku biografi atau autobiografi memang memiliki cerita yang padat karena menceritakan kisah hidup seseorang. Jika gaya bahasanya terlalu baku, maka pembaca pun bisa merasa bosan atau bahkan tidak menuntaskan ceritanya.
Namun, cukup berbeda sekali dengan buku autobiografi berjudul Jejak Bintang karya Putu Bintang Evelyn Srilakshmi. Anda akan sangat menikmati buku ini karena ceritanya sebuah novel yang dapat membuat terlena. Bagaimana bisa? Ikutilah perjalanan sang Bintang untuk menemukan cahayanya.
Siapakah Bintang?
Bintang adalah tokoh utama sekaligus penulis dalam buku Jejak Bintang. Perempuan muda yang berasal dari pulau Bali ini dikenal sebagai sosok yang ceria dan penuh kehangatan. Tak hanya itu, gadis berparas cantik ini juga sangat memotivasi banyak orang. Pasalnya, ia mampu melawan jahatnya tumor yang telah merenggut sebagian hidupnya.
Selepas lulus SMP pada tahun 2018, Bintang tidak melanjutkan pendidikan formalnya seperti kebanyakan teman seangkatannya dikarenakan kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan. Namun, ia tetap bersemangat dan selalu belajar tentang kehidupan, termasuk dengan mengisi kesehariannya dengan terapi dan juga menulis. Melalui sepenggal kisahnya, ia ingin banyak orang termotivasi dan tidak pernah berputus asa dalam menjalani hidup yang penuh rintangan.
Berawal Dari Dua Insan yang Merobohkan Sekat
Buku ini dibuka dengan menceritakan kisah Amy dan Aji, orang tua Bintang. Kisah cinta mereka dipenuhi dengan sekat yang penuh dengan pengorbanan. Adanya permusuhan kedua belah pihak keluarga membuat jalinan kasih mereka cukup sulit disatukan. Kendatipun demikian, mereka tetap bersikeras untuk terus berjalan bersama hingga akhirnya mampu membangun bahtera rumah tangga.
Rintangan tak berhenti selepas pernikahan, justru itu adalah awal dari segala gejolak hati Amy dan Aji. Keberadaan restu dan permusuhan keluarga berdampak pada rumah tangga mereka. Bahkan, ketika Bintang lahir, selama 42 hari mereka harus tinggal di dalam kamar berukuran 3×3 di Desa Manggis, kampung halaman Aji, atas permintaan keluarganya.
Keyakinan merawat seorang anak dari sudut pandang Amy dan keluarga Aji sangat bertolak belakang. Amy yang memiliki pola pikir realistis harus menerima segala perawatan anak yang bersikap adat dan turun temurun. Ia tidak terima, anaknya diberi hal-hal yang menurutnya bisa membahayakan kesehatan Bintang. Namun, apalah daya Amy sebagai menantu tidak memiliki kuasa untuk melawan. Hingga suatu ketika ia sudah tidak tahan lagi dan memutuskan untuk pergi ke kampung halamannya, Denpasar, meskipun melalui negosiasi yang sangat alot dengan pihak keluarga Aji.
Cahaya Bintang yang Mulai Meredup
Bagian inti cerita dimulai ketika Bintang menginjak bangku SD, lebih tepatnya ketika Bintang didiagnosis memiliki tumor di otaknya. Begitu terpukulnya Amy dan Aji mendengar kabar tersebut. Dunianya seakan runtuh setiap melihat Bintang mengeluhkan pusing yang tak kunjung berhenti. Segala pengobatan medis Amy dan Aji lakukan untuk kesembuhan Bintang, tetapi tak kunjung memberikan jawaban yang memuaskan.
Amy pun semakin hilang akal ketika keluarga Aji menganggap sakit itu berkaitan dengan hal-hal mistis. Oleh karenanya, pengobatan dengan mendatangi dukun dan orang pintar pun dilakukan. Bagi kepercayaan orang Bali, hal tersebut cukup umum dilakukan. Namun, tetap saja hati Amy masih cukup sulit untuk menerimanya. Satu-satunya yang bisa ia lakukan adalah berdoa, memasrahkan segalaya kepada pencipta.
“Ketika hidup sudah menjadi sebuah pertarungan dan pertaruhan, satu kunci jawabannya hanya pada keputusan Tuhan.”
Nama adalah Bibit Tanaman yang Siap Mekar
Siapa sangka nama Putu Bintang Evelyn Srilakshmi yang terdapat pada cover buku Jejak Bintang sebenarnya bukan nama yang didapat sejak penulis dilahirkan? Bintang mengalami perubahan nama di tengah-tengah ia melawan sakitnya karena dirasa nama awalnya kurang bermakna positif. Harapannya, dengan nama baru tersebut bisa membawa kehidupannya lebih baik lagi.
Setelah mendapat saran dari ahli rekonstruksi nama yang tinggal di Jakarta, Amy merasa bahwa memang harus mengganti nama anaknya. Ahli tersebut berkata bahwa menyematkan nama kepada seorang anak adalah sebuah bibit. Jika waktu kelahiran dan nama sesuai maka akan berpengaruh baik kepada si empunya. Tidak masuk akal rasanya, tetapi itulah yang sebenarnya terjadi.
Terdapat ritual yang harus dilakukan ketika melakukan pergantian nama, yaitu dengan menuliskan nama baru selama 90 hari di sebuah jurnal. Nama tersebut harus dituliskan dengan afirmasi yang positif untuk menambah keyakinan bisa sembuh dan menjalani hidup yang lebih baik. Cara ini biasanya cukup umum dilakukan di kehidupan sekitar kita, bahwa hal yang baik harus dimulai dengan mindset yang baik pula.
Terus Menapakkan Jejak Menuju Cahaya
Perjuangan Bintang atau yang telah berganti nama menjadi Srilakshmi masih terus berlanjut. Srilakhsmi masih berjuang untuk menemukan cahaya tempat ia bisa bersinar kembali. Segala usaha dikerahkan untuk mendapat kata sembuh. Tidak mudah, tetapi itulah poin yang ditegaskan dalam buku autobiografi ini. Bahwa segala yang ingin dicapai tentu ada pengorbanan yang harus diberikan, baik tenaga, waktu, maupun uang.
Di bagian penutup, Jejak Bintang seakan memberikan sebuah pesan bahwa sebuah perjalanan hidup tidak akan pernah selesai begitu saja. Ketika perjalanan pertama sudah sampai, akan ada perjalanan lain untuk ditempuh. Oleh karenanya, terus berjuang adalah kunci dari segala-galanya.
Jejak Bintang Sebagai Pembangkit Jiwa dan Asa
Buku autobiografi ini cocok untuk dibaca segala kalangan, terutama bagi seseorang yang sedang mengalami keputusasaan. Pembaca akan diajak menyelami sisi dari keajaiban sebuah doa, perjuangan orang tua yang tiada henti, kekuatan seorang anak dalam menghadapi rasa sakit yang berkepanjangan, hingga adat dan budaya yang mendiami masyarakat Bali.
Jejak Bintang mengajarkan untuk tidak pernah menyerah hanya karena ujian yang sedang kita lewati terasa berat. Justru, kita harus mengambil kesempatan tersebut sebagai sumber kekuatan. Kuncinya adalah selalu bersyukur atas apa yang terjadi, pasti ada hikmah dan pembelajaran yang berarti di balik itu semua. Tuhan tidak akan membiarkan hamba-Nya begitu saja dan memberikan cobaan di luar batas kemampuan mereka.
Secara tak langsung, buku ini juga mengingatkan pembacanya untuk mengejar bintang masing-masing, selayaknya Putu Bintang Evelyn Srilakshmi mengejar mengejar bintang dan kebahagiaan hidupnya sendiri.
“Sebuah grand design kehidupan telah ditetapkan jauh sebelum kelahiran. Ikatan Karma membuat toh terlahir ke dunia jaring-jaring karma menuntun roh tersebut harus lahir di keluarga mana. Ketika roh bereinkarnasi maka pelajaran kehidupan telah dimulai berbagai ujian harus dilewati untuk mencapai tujuan kelahirannya ke dunia ini. Semua orang adalah teman belajar dan semua kejadian adalah mata pelajaran. Berusahalah untuk melampaui semuanya agar tuntas segala tugas sang jiwa.”
Ingin Menulis Cerita Hidup seperti Jejak Bintang?
Setelah membaca buku Jejak Bintang, apakah Anda tidak ingin menuliskan kisah hidup Anda ke dalam sebuah buku? Jika Anda memiliki pengalaman hidup yang sangat berkesan, jangan ragu untuk mewujudkannya ke dalam buku autobiografi. Jangan berpikir bahwa kisah Anda sepele dan tidak akan ada orang yang ingin membacanya. Bagaimana jika dalam kisah hidup Anda terdapat pengalaman yang bisa mengantarkan pembaca ke hidup yang lebih baik?
Apabila Anda belum memiiki waktu untuk menulis buku autobiografi, Anda bisa memanfaatkan jasa penulis profesional. Bersama https://jasapenulisprofesional.com/, prosesnya sangat sistematis. Anda hanya perlu menceritakannya maka ghostwriter akan menuliskannya. Tunggu apalagi? Segera wujudkan jejak perjalanan hidup Anda yang bisa dijadikan sebuah legacy dan inspirasi untuk banyak orang.